Oleh: Soemarda Paranggana
ESAI, DIMADURA – Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, berbagai sosok presiden telah memimpin dengan keberanian, visi, dan cinta pada tanah air. Setiap sosok membawa pesan, prinsip, dan kontribusi yang unik untuk Indonesia.
Di tengah sekian tantangan, mereka hadir dengan semangat membangun dan tekad yang kuat. Mari kita lihat mereka dari sudut pandang berbeda, bukan dari kekurangannya, tetapi dari dedikasi yang mereka curahkan.
1. Presiden Ir. Soekarno: Bapak Proklamator dan Pemersatu Nusantara
Ir. Soekarno: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” ¹
Pada 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno bersama Mohammad Hatta menyuarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, mengubah wajah bangsa yang selama berabad-abad terjajah menjadi merdeka dan berdaulat.
Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang dikenal dengan orator penggugah jiwa kebangsaan. Beliaulah yang memperkenalkan Pancasila sebagai landasan moral dan ideologi yang mempersatukan bangsa.
Dalam setiap pidato berapi-apinya, Soekarno membakar semangat rakyat untuk berani berdiri tegak, bebas dari penjajahan. Sebagai pemimpin, ia tak kenal takut menghadapi kekuatan asing, berani menantang dunia demi kedaulatan bangsa.
Meski tak lepas dari kontroversi, warisan semangat kemerdekaan dan persatuan yang ia tinggalkan adalah fondasi bagi bangsa ini untuk terus maju dan berkembang.
2. Presiden Soeharto: Arsitek Pembangunan dan Ketahanan Bangsa
Soeharto: “Saya hanya petani biasa yang ingin mengabdi kepada bangsa ini.” ²
Memimpin sejak 1967 hingga 1998, Presiden Soeharto mewujudkan kestabilan dan kemajuan ekonomi di masa Orde Baru.
Di bawah kepemimpinannya, berbagai program ekonomi, infrastruktur, dan swasembada pangan diluncurkan, memberi dasar bagi ketahanan nasional.
Dari sawah hingga bendungan, Soeharto bekerja keras untuk memastikan bangsa ini dapat memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan menumbuhkan perekonomian yang stabil.
Di samping kritik yang ada, tidak dapat dipungkiri bahwa Soeharto berperan dalam membangun infrastruktur yang masih kita nikmati hingga kini. Sosoknya mengajarkan bahwa tekad, kerja keras, dan pengabdian adalah modal utama dalam membangun bangsa.
3. Presiden B.J. Habibie: Sang Teknokrat dan Pelopor Reformasi
B.J. Habibie: “Keberhasilan itu bukan milik orang yang pintar, tapi milik mereka yang senantiasa berusaha.” ³
Sebagai seorang ilmuwan dan teknokrat, Habibie adalah simbol dari kecerdasan dan ketekunan. Meski hanya memimpin selama 1,5 tahun, ia berhasil membawa Indonesia pada era demokrasi dan kebebasan pers.
Langkah-langkahnya dalam membuka kebebasan politik dan ekonomi memberi jalan baru bagi demokrasi yang lebih sehat dan dinamis.
Habibie senantiasa berpikir tidak hanya untuk hari ini tetapi untuk masa depan Indonesia, mendorong teknologi dan pendidikan untuk kemajuan bangsa.
Di tengah ketidakpastian, ia menanamkan nilai penting bahwa pengetahuan dan inovasi adalah kunci untuk mencapai kemajuan.
4. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Guru Toleransi dan Kebinekaan
Gus Dur: “Tidak penting apa pun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.” ⁴
Pada 1999, Gus Dur memimpin dengan membawa semangat baru: keberagaman dan inklusi. Beliau adalah sosok yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, membuka dialog antaragama, dan menyatukan bangsa dalam nilai kemanusiaan.
Gus Dur hadir sebagai sosok pemimpin dengan pendekatan yang humanis dan penuh kasih sayang. Di masa kepemimpinannya, ia membuka pintu toleransi yang lebih lebar, mengajarkan bahwa Indonesia adalah rumah bagi semua, tanpa memandang latar belakang agama atau suku.
Melalui kebijakan-kebijakannya, Gus Dur meruntuhkan diskriminasi dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan gaya humoris dan bijaksana, ia menyampaikan pesan tentang pentingnya keberagaman dan kesetaraan.
Meski kepemimpinannya singkat, semangat toleransi dan kemanusiaannya tetap menjadi inspirasi, mengajarkan bahwa cinta kepada sesama adalah kekuatan terbesar dalam memimpin.
5. Presiden Megawati Soekarnoputri: Penjaga Demokrasi dalam Masa Transisi
Megawati Soekarnoputri: “Pemimpin itu harus berani, tidak mudah menyerah, dan tetap teguh dengan prinsip.” ⁵
Tahun 2001, Megawati melangkah sebagai Presiden perempuan pertama Indonesia, mewarisi semangat ayahnya, Soekarno, mengemban tugas menjaga stabilitas bangsa dalam masa transisi.
Di tengah pergolakan ekonomi dan politik, ia tetap berdiri kokoh, menata jalannya reformasi sambil memastikan kedaulatan negara tetap terjaga.
Megawati adalah pemimpin yang tak gentar menghadapi tantangan. Melalui setiap keputusan yang diambilnya, ia memperlihatkan keteguhan seorang pemimpin yang kuat.
Sosoknya mengingatkan kita bahwa dalam setiap perjuangan, ada saatnya untuk berdiri teguh demi menjaga prinsip dan keberlanjutan bangsa.
6. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono: Demokrat yang Membawa Harmoni
SBY: “Mari kita bangun Indonesia yang damai dan sejahtera.” ⁶
Memimpin selama dua periode dari 2004 hingga 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikenal sebagai sosok yang tenang, bijaksana, dan memprioritaskan diplomasi dalam kebijakan luar negeri.
Di eranya, dengan gaya kepemimpinan yang inklusif, Indonesia berkembang dalam kestabilan politik dan keamanan, menjadi negara yang lebih sejahtera dan dihormati di dunia internasional.
Kepemimpinannya yang mengutamakan keharmonisan memberikan pelajaran bahwa kekuatan sejati ada dalam kedamaian. Dengan langkah-langkah kecil namun pasti, SBY membawa bangsa ini melangkah lebih kokoh.
SBY menunjukkan bahwa kekuatan tidak selalu dalam suara keras, tetapi juga dalam ketenangan dan kebijaksanaan. Ia membawa Indonesia ke dalam kancah internasional, memperkuat citra dan peran Indonesia di dunia.
Kepemimpinannya mengajarkan pentingnya harmoni dalam membangun bangsa yang kuat dan berdaya saing di era global.
7. Presiden Jokowi: Sang Pembawa Perubahan dan Pembangunan Merata
Joko Widodo: “Jangan pernah lelah mencintai Indonesia.” ⁷
Di tengah harapan masyarakat akan perubahan nyata, Jokowi memimpin sejak 2014 dengan visi besar: menghadirkan pembangunan yang merata dari Sabang hingga Merauke.
Dengan gaya kepemimpinan yang sederhana dan dekat dengan rakyat, ia melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran, menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya terabaikan., mulai dari jalan tol, bandara, hingga fasilitas kesehatan dan pendidikan di pelosok negeri.
Jokowi membuktikan, bahwa keberhasilan sebuah bangsa adalah ketika semua rakyatnya merasakan dampak positif pembangunan. Sosoknya menjadi inspirasi bahwa pemimpin yang sesungguhnya adalah yang mau bekerja di tengah-tengah rakyatnya.
8. Presiden Prabowo Subianto: Komitmen untuk Indonesia yang Berdaulat dan Berdaya
Prabowo Subianto: “Kita ingin Indonesia yang berdikari, yang berdaulat, yang mampu berdiri di kaki sendiri.” ⁸
Sebagai Presiden saat ini, Prabowo membawa visi yang kuat untuk meningkatkan kemandirian bangsa. Dalam era global yang penuh tantangan, ia menanamkan semangat nasionalisme yang tinggi, memperkokoh ketahanan nasional dan mengutamakan kepentingan rakyat.
Prabowo adalah pemimpin yang tegas dan berani, siap membawa Indonesia untuk lebih berdaulat dan dihormati di kancah dunia. Melalui langkah-langkahnya, ia memberikan harapan bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri, mandiri dalam berbagai bidang.
Dedikasinya mengajarkan bahwa keikhlasan, keberanian dan komitmen adalah landasan utama dalam memperjuangkan masa depan bangsa.
Gus Dur pun mengatakan, bahwa jika ada orang bertanya, siapa sosok pemimpin yang ikhlas untuk Indonesia? Maka jawabannya adalah, Prabowo Subianto!
—
Cintailah Para Pemimpin Indonesia
Ya, demikianlah Jejak Langkah Presiden Indonesia dari Masa ke Masa sejak Era Soekarno hingga Prabowo.
Setiap pemimpin memiliki kekurangan, seperti halnya manusia. Namun, alangkah baiknya jika kita belajar melihat mereka dengan kacamata positif – melihat dedikasi yang mereka berikan, pengorbanan yang mereka curahkan, dan cinta yang mereka tanamkan untuk negeri ini.
Indonesia adalah negara besar yang memerlukan keberanian dan keteguhan hati, dan setiap pemimpin yang datang membawa cara unik untuk menjawab kebutuhan bangsa.
Mari kita hargai setiap jejak mereka. Bukan sekadar untuk mengenang, tetapi untuk memahami bahwa menjadi pemimpin bukanlah tugas yang mudah.
Setiap tantangan dan keputusan yang mereka hadapi adalah bagian dari perjalanan kita bersama sebagai bangsa. Dari Soekarno hingga Prabowo, mereka telah memberikan yang terbaik dari diri mereka untuk Indonesia.
Dengan menghargai dan menghormati perjalanan mereka, kita dapat belajar untuk lebih mencintai negeri ini. Kita dapat belajar untuk tidak hanya fokus pada kekurangan, tetapi lebih pada semangat, tekad, dan visi yang telah mereka berikan.
Di balik setiap masa kepemimpinan, ada nilai dan pelajaran yang bisa kita ambil, untuk menjadikan Indonesia lebih baik dari hari ke hari.
Sebagai rakyat, kita diajak untuk tidak hanya mengkritik, tetapi juga melihat ke dalam diri – bagaimana kita bisa berkontribusi untuk negeri ini; bagaimana kita bisa melanjutkan perjuangan mereka dalam keseharian kita.
Indonesia adalah milik kita bersama, dan masa depan Indonesia adalah tanggung jawab kita semua.
(*)
Referensi
1. Pidato pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 1961, di Surabaya, Jawa Timur. Tercatat dalam arsip pidato kenegaraan Soekarno dan dikutip dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi Jilid II (1964).
2. Pernyataan Soeharto dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, pada 1989. Pernyataan ini juga sering disebut dalam biografi Soeharto yang menyoroti latar belakangnya sebagai putra petani.
3. Ucapan Habibie dalam berbagai kesempatan, dan tercatat dalam buku Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, THC Mandiri, Jakarta: 2006.
4. Pernyataan ini merupakan salah satu prinsip Gus Dur mengenai pluralisme, dan banyak dikutip dari berbagai wawancara serta pidato publiknya. Pernyataan ini terdapat dalam buku Gus Dur: Islam, Politik, dan Kebangsaan yang disusun oleh Greg Barton, diterbitkan oleh LKiS, Yogyakarta, 2003.
5. Disampaikan Megawati dalam berbagai pidato Megawati dan tercatat dalam buku Perjalanan Politik Megawati Soekarnoputri, diterbitkan oleh Megawati Institute, Jakarta, 2012. Pernyataan ini sering dipakai dalam konteks kepemimpinan dan perjuangannya dalam dunia politik.
6. Pidato kenegaraan pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-63, 17 Agustus 2008. Kutipan ini juga dimuat dalam dokumentasi pidato kenegaraan SBY yang tersedia dalam Rekam Jejak Kebijakan SBY 2004-2009, diterbitkan oleh Sekretariat Negara RI.
7. Pidato kenegaraan pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-74 RI, 17 Agustus 2019. Ucapan ini banyak dikutip dalam media nasional dan terdokumentasi dalam arsip Sekretariat Negara Republik Indonesia, edisi pidato kenegaraan 2019.
8. Kerap disampaikan dalam pidato-pidato Prabowo di berbagai kesempatan politik sejak 2019, khususnya selama kampanye Pilpres 2019 dan 2024. Pernyataan ini juga dikutip dalam buku Prabowo: Paradoks Indonesia, diterbitkan Garuda Yaksa, Jakarta, 2018.