SakethengBukuTareka

Pemimpin Perusahaan Harus Baca Ini, Pakar Psikologi Victoria: Gunakan 13 Frasa EQ Menakjubkan Berikut Setiap Hari

Avatar Of Dimadura
613
×

Pemimpin Perusahaan Harus Baca Ini, Pakar Psikologi Victoria: Gunakan 13 Frasa EQ Menakjubkan Berikut Setiap Hari

Sebarkan artikel ini

Lihat Apa yang Akan Terjadi pada EQ Anda

Cover Artikel 13 Frasa Eq Menakjubkan Dari Psikolog Barat
Cover Artikel 13 Frasa EQ Menakjubkan dari Psikolog Barat (Foto/Arsip DIMADURA)

Img 20230304 014921 202 E1680177139947Tarèka, DIMADURA–Pemimpin suatu perusahaan butuh kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) untuk dapat mengembangkan usahanya.

Penelitian di Barat menunjukkan, kemajuan suatu perusahaan berjalan seiring dengan cara komunikasi pemimpinnya dalam mengarahkan karyawan. Seorang pemimpin dianjurkan untuk terus melatih kecerdasan emosionalnya setiap saat.

DIMADURA kutip dari CNBC International, Minggu (02/04/2023), Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami emosi—baik emosi kita sendiri maupun emosi orang lain.

Penelitian di Barat menunjukkan, kecerdasan emosional adalah aset yang langka dan sangat berharga. Kecerdasan emosional dapat membantu kita dalam membangun dan memperkuat hubungan, meredakan konflik, serta meningkatkan kepuasan kerja tim secara kolektif.

13 Frasa EQ yang Menakjubkan

Berikut ini 13 frasa yang menakjubkan tersebut. Para pakar psikologi mengatakan, jika kita menggunakan 13 frasa EQ menakjubkan ini setiap hari, tanpa sadar kita akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang.

1. “Bisakah Anda memberi tahu saya lebih banyak tentang itu?”

Orang yang memiliki kesadaran diri lemah hanya peduli dengan pikiran dan pendapatnya sendiri. Tetapi orang yang cerdas secara emosional akan lebih tertarik dengan perasaan orang lain dan apa yang mereka katakan.

Berkomunikasi dengan cara mendorong orang untuk bisa legowo berbicara tentang perasaan dan pengalaman mereka, kita akan mendapatkan manfaat dari tanggapan mereka sebagai kesempatan untuk belajar.

2. “Aku mendengarmu.”

Dengan mengatakan kepada orang yang kita ajak bicara bahwa kita memahaminya, berarti kita sedang menyiapkan lingkungan kerja sama yang sempurna untuk membangun tim.

Ungkapan serupa lain yang bisa kita ucapkan saat berkomunikasi dengan rekan kerja berikut juga bisa kita gunakan: “Saya mengerti maksud kamu”.

Ya, kalimat tersebut menunjukkan bahwa kita benar-benar mendengarkan dan membuka jalur komunikasi. Akan tetapi, jika kalimat dari rekan kerja kita agak menyimpang, kita dapat menggunakan tanggapan sebagaimana poin 3 berikut.

3. “Saya mengerti apa yang kamu katakan, tapi…”

Ungkapan tersebut menyoroti aspek penting lain kecerdasan emosional, yakni kemampuan bertindak diplomatis saat menghadapi orang dan situasi yang sulit.

Jika kita tidak setuju dengan seseorang, ungkapkan dengan cara yang bijaksana dan tidak konfrontatif. Tujuannya agar lebih mudah mencapai solusi yang disepakati bersama.

4. “Bagaimana perasaan Anda tentang itu?”

Untuk membuat orang merasa diakui dan dihormati, sejenak perhatikan dan luangkanlah waktu untuk memahami dan lebih empati dengan mereka.

Saat kita mendengarkan tanggapan rekan atas apa yang kita sampaikan, berusahalah untuk menempatkan diri kita pada posisi mereka dengan cara yang berarti.

Dengan kata lain, kita tetap harus memaklumi seperti apapun pendapat rekan kerja kita atas apa yang kita usulkan.

5. “Saya tidak yakin ada yang salah. Bisakah kamu menjelaskan masalahnya?” 

Tidak menutup kemungkinan, pendapat kita akan berbenturan dengan pendapat rekan setim. Nah, jika ini terjadi, maka frasa di atas layak untuk kita ucapkan.

Dengan frasa tersebut, kita akan tahu bahwa seseorang sedang mengalami masalah atau alih-alih bereaksi negatif atas pendapat kita.

Dengan memberikan tanggapan menggunakan frasa tersebut, berarti kita mengundang mereka untuk berbagi pemikiran.

Dalam kasus lain, kita dapat menggunakan kalimat alternatif serupa berikut: “Yang saya dengar dari Anda adalah X. Apakah itu benar? Saya tidak merasa bahwa itu salah. Bolehkah kamu menjelaskannya untuk kebaikan saya kedepan?

6. “Aku kurang menangkap apa yang kau maksudkan, bolehkah kau jelaskan sekali lagi?

Saat ita meminta klarifikasi kepada seseorang, berarti kita sedang meminta mereka untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang berbeda atau memberikan lebih banyak informasi agar kita dapat memahami mereka lebih baik.

Hal tersebut berbeda dengan saat kita meminta seseorang untuk mengulangi sesuatu.

7. “Kerja bagus!”

Langkah apresiatif atau menunjukkan penghargaan adalah sikap yang sangat bermanfaat. Hal ini untuk mengakui upaya dan pencapaian orang lain.

Saat kita memuji seseorang, sejatinya kita langsung menciptakan getaran positif. Sebab, dengan mengatakan “Saya salut kepadamu” akan membuat orang lain lebih menghargai kita.

8. “Kalian berdua punya poin bagus. Mari kita lihat bagaimana kita bisa bekerja sama.”

Ungkapan ini dapat membantu kita secara diplomatis mengatasi titik-titik masalah, yakni dengan mengakui sudut pandang yang berbeda.

Setelah kita mendorong semua orang untuk berbagi keprihatinan mereka, kita akan lebih mudah memecahkan potensi masalah. Studi menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan konflik adalah ciri khas kecerdasan emosional.

9. “Saya ingin masukan dari kamu tentang ini.” 

Frasa di atas, atau dengan kalimat serupa seperti “Bisakah saya mendapatkan saran darimu?” atau “Apakah kamu keberatan jika saya meminta masukan?“, adalah poin emas untuk seorang pemimpin.

Sebab, dengan cara demikian, berarti kita sedang membiarkan orang lain merasa bangga pada diri mereka sendiri, sehingga hal itu membuat mereka berpikir positif tentang diri kita.

10. “Situasi ini membuat saya khawatir (atau bingung atau kecewa ataupun kesal).”

Saat ada masalah, orang yang cerdas secara emosional tidak baik fokus mencari siapa yang telah menciptakannya, tetapi lebih pada bagaimana mengatasi situasi secara keseluruhan.

Dengan cara ini, berarti kita tidak sedang menyalahkan seseorang atau menempatkan mereka pada posisi defensif. Sebaliknya, kita menjelaskan tentang perasaan apa yang telah terjadi, dan ini akan membantu kita untuk menghindar dari kesan pasif, agresif maupun antagonis.

11. “Saya merasa seperti ini tentang…” 

Saat mendapatkan masalah, kita harus tetap bersikap cerdas secara emosional. Kita akan berupaya sekeras mungkin untuk dapat beradaptasi dan mengatur emosi sebaik mungkin.

Jenis kesadaran diri ini memungkinkan kita untuk bisa berbagi emosi dan kesan yang lebih baik dengan orang lain. Kesadaran seperti ini bisa membuat orang lain merasa lebih dekat dengan kita sehingga secara otomatis kita mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama.

12. “Maafkan saya.”

Memiliki dosis kerendahan hati yang sehat adalah hal yang umum di antara orang-orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi. Jangan takut atau malas untuk mengatakan “Saya minta maaf.”

Saat kita melakukan kesalahan, akui dan segeralah minta maaf dengan tulus kepada siapa pun yang berhak menerimanya. Sikap ini adalah sikap seorang pemberani sejati.

13. “Terima kasih!”

Jangan abaikan “kata-kata ajaib” yang pernah kita dengar saat masih kecil: “Tolong,” “Terima kasih” dan “Sama-sama” dan frasa serupa lainnya. Seluruh frasa tersebut sangatlah berharga untuk kebaikan hidup kita di masa-masa lanjut yang sulit.

Berdasarkan hasil penelitian, bersikap sopan bukan hanya jadi tanda kecerdasan emosional tinggi, tetapi juga cara menunjukkan rasa hormat kepada orang lain yang akan membuat mereka lebih menghargai kita.

Artikel ini dipopulerkan oleh: Kathy dan Ross Petras. Dua penulis buku motivasi terkenal seperti:

1) “Awkword Moments: A Lively Guide to the 100 Terms Smart People Should Know” [Momen Awkword: Panduan Hidup tentang 100 Istilah yang Harus Diketahui Orang Cerdas];

2) “You’re Saying It Wrong” [Anda Salah Mengatakannya], dan;

3) “That Doesn’t Mean What You Think It Means: The 150 Most Commonly Misused Words and Their Tangled Histories” [Itu Tidak Berarti Apa yang Anda pikirkan. Artinya: 150 Kata yang Paling Sering Disalahgunakan dan Sejarahnya yang Kusut]

Ikhtisar buku-buku tersebut juga terbit di outlet-outlet media mainstream di Barat, seperti The New York Times, The Chicago Tribune, The Washington Post, dan Harvard Business Review.