SASTRA DIMADURA – Pantun Madura memiliki berbagai jenis yang masing-masing menyampaikan pesan yang berbeda.
Secara umum, pantun dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan isinya, seperti pantun romantis, pantun nasehat, pantun religi, hingga yang terbaru dan lagi viral, yakni pantun kena mental, pantun hati-hati di jalan, dan pantun puitis.
Setiap jenis pantun tersebut memiliki struktur dan karakteristik yang khas tersendiri. Terkait pantun romantis, nesehat, dan religi sudah dibahas pada postingan-postingan sebelumnya.
Kali ini, redaksi hanya akan fokus membahas ragam dan struktur pantun Madura kekinian yang lagi viral sebagai berikut.
1. Pantun Kena Mental
Pantun jenis ini biasanya terdiri dari dua baris dan digunakan untuk memberikan sindiran halus atau peringatan kepada seseorang. Contohnya:
Contoh: Bânnya’ caca, bânnya’ sala
Artinya: Banyak bicara, banyak salah
Maksud: Sindiran bahwa terlalu banyak berbicara dapat menyebabkan banyak kesalahan. Pantun ini sederhana namun penuh makna, mencerminkan kebijaksanaan dalam berbicara.
Menurut E. M. Uhlenbeck dalam bukunya A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura, pantun Madura sering menggunakan struktur yang sederhana namun efektif dalam menyampaikan pesan moral.
Penggunaan metafora dan personifikasi dalam pantun ini membuatnya lebih menarik dan mudah diingat.
Pantun Hati-hati di Jalan
Pantun ini memberikan pesan agar selalu berhati-hati dalam perjalanan, baik di jalan umum maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: Mangkat bungkol, mole bungkol
Artinya: Berangkat utuh, pulang utuh
Maksud: Mengingatkan agar selalu berhati-hati agar selamat sampai tujuan dan kembali dengan selamat. Pantun ini mencerminkan nilai kehati-hatian dan kepedulian terhadap keselamatan diri.
BACA JUGA:
Menurut James J. Fox dalam bukunya The Poetic Power of Place: Comparative Perspectives on Austronesian Ideas of Locality, pantun-pantun seperti ini mencerminkan konsep ruang dan perjalanan dalam budaya Austronesia, termasuk Madura.
Keselamatan dalam perjalanan adalah metafora untuk perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan.
Pantun Nasehat
Pantun ini sering digunakan untuk menyampaikan nasihat dan petuah yang penuh makna.
Contoh: Aèng ta’ kèra aombâ’ mon ta’ èghumbek
Artinya, seperti air yang mengalir, ia tidak akan berombak jika tidak kita obok.
Pantun ini mengajarkan kita untuk menjaga kedamaian dan tidak memancing masalah; menunjukkan kearifan lokal dalam menjaga hubungan baik dengan sesama.
Salah satu referensi yang dapat digunakan untuk memahami lebih dalam tentang pantun nasehat adalah Pantun dan Syair dalam Kesusasteraan Melayu oleh Abdul Hadi W. M.
Buku ini mengupas bagaimana pantun digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan etika dalam masyarakat Melayu, yang juga relevan dengan tradisi Madura.
Pantun Puitis
Pantun ini menunjukkan keindahan bahasa dan seni berpuisi dalam bahasa Madura.
Contoh: Angèn alèmbây maghuli dâun
Arti: Angin berhembus pelan menggerakkan daun
Contoh pantun di atas menggambarkan keindahan alam dan ketenangan, mengajak kita untuk menikmati keindahan alam dan kehidupan yang tenang.
Keindahan bahasa dalam pantun puitis dapat dilihat sebagai bentuk estetika dalam budaya lokal. Dalam bukunya Poetics of Space, Gaston Bachelard menyatakan bahwa ruang yang indah dan tenang dapat memberikan kedamaian jiwa.
Pantun-pantun puitis Madura mencerminkan konsep ini melalui gambaran alam yang menenangkan.
Dengan memahami struktur dan jenis pantun Madura, kita dapat lebih menghargai keindahan dan kekayaan budaya lokal, dimana kehadirannya tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai kebijaksanaan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
- Uhlenbeck, E. M. “A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura”. The Hague: Martinus Nijhoff, 1970.
- Fox, James J. “The Poetic Power of Place: Comparative Perspectives on Austronesian Ideas of Locality”. Canberra: Australian National University Press, 1997.
- Abdul Hadi W. M. “Pantun dan Syair dalam Kesusasteraan Melayu”. Jakarta: Pustaka Jaya, 1993.
- Bachelard, Gaston. “The Poetics of Space”. Beacon Press, 1994.
Respon (2)