DKPP Beberkan Penyebab Rendahnya Serapan Pupuk Subsidi di Sumenep
NEWS DIMADURA, SUMENEP–Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mengungkapkan penyebab rendahnya penyerapan pupuk bersubsidi di wilayahnya hingga triwulan kedua tahun 2025.
Salah satu faktor utama ialah masih banyak petani yang menunggu musim hujan sebelum menebus pupuk.
Berdasarkan yang dihimpun media ini, penyerapan pupuk urea baru mencapai 7.480,25 ton dari total alokasi, sehingga masih tersisa sekitar 31.500,75 ton. Untuk pupuk jenis NPK, serapan tercatat 4.877,97 ton dengan sisa 25.634,03 ton.
Adapun pupuk organik baru terserap 124,89 ton, sementara stok yang belum tersalurkan mencapai 1.212,17 ton.
“Pupuk bersubsidi ini diperuntukkan bagi 10 komoditas. Untuk pangan ada padi, jagung, dan kedelai. Hortikultura meliputi cabai, bawang merah, dan bawang putih. Sektor perkebunan meliputi kopi, kakao, dan tebu rakyat. Terbaru, ada tambahan komoditas ketela,” kata Staf Staf Bidang Penyuluhan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep Musahaer, Senin (8/9/2025).
Ia merinci, serapan pupuk urea tertinggi berada di Kecamatan Guluk-Guluk, sedangkan yang terendah di Kecamatan Sapeken.
Untuk pupuk NPK, penyerapan terbesar tercatat di Kecamatan Bluto dan yang terendah kembali di Sapeken.
Sementara itu, pupuk organik hanya dimanfaatkan oleh empat kecamatan.
Ia menegaskan akan terus melakukan pendampingan agar petani lebih optimal memanfaatkan alokasi pupuk bersubsidi sesuai kebutuhan tanam dan musim.
“Serapan tertinggi ada di Kecamatan Pasongsongan, sedangkan terendah di Kecamatan Dungkek,” ujar Haeri.***
Follow akun TikTok dimadura.id untuk update video berita terbaru.
Follow