GARDU, BUDAYA – Kabupaten Sumenep di Madura terkenal dengan kekayaan budayanya, salah satunya adalah seni permainan kuda yang dalam bahasa Madura disebut “jhârân”.
Kesenian khas bermain kuda ala masyarakat Madura biasanya diiringi dengan tetabuhan musik saronèn dan latar penari perempuan, sementara kaum pria bertindak sebagai si pengendali kuda. Sebagian kaum lelaki yang lain tampil sebagai penabuh musik saronèn.
Lansung saja, mari kita mengenal empat jenis permainan kuda yang telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Sumenep sejak zaman dahulu.
1. Jhârân Tegghârân
Jhârân tegghârân adalah salah satu jenis permainan kuda yang tidak terlalu populer di Madura. Dalam permainan ini, sepasang kuda berlomba dalam sebuah kompetisi adu lari cepat.
Kompetisi ini tidak hanya sekadar lomba, tetapi juga merupakan ajang untuk menunjukkan keterampilan dalam mengendalikan kuda.
BACA JUGA: Fenomena Rora Bhâsa dalam Linguistik Bahasa Madura
Para peserta berlomba untuk mencapai garis finish dengan secepat mungkin, dan pemenang ditentukan berdasarkan siapa yang mencapai garis finish terlebih dahulu.
Jhârân tegghârân memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga zaman kerajaan Sumenep. Pada masa itu, lomba ini diadakan sebagai bentuk hiburan dan juga sebagai ajang olahraga untuk masyarakat.
Kuda-kuda yang digunakan dalam jhârân tegghârân biasanya adalah kuda yang terlatih dan memiliki kemampuan lari yang luar biasa.
Selain keterampilan mengendalikan kuda, faktor kecepatan dan stamina kuda juga sangat menentukan hasil lomba.
Perlombaan ini tidak hanya memberikan hiburan bagi penonton, tetapi juga menjadi ajang bagi para pemilik kuda untuk memamerkan kuda mereka.
Mereka seringkali memperlakukan kuda-kuda mereka dengan sangat baik dan memberikan perawatan khusus agar kuda-kuda tersebut dapat tampil optimal dalam perlombaan.
2. Jhârân Sèrèk
Jhârân Sèrèk adalah jenis permainan kuda lainnya yang juga sangat dikenal di Sumenep. Dalam Jhârân Sèrèk, dua pasang kuda didandani dengan semenarik mungkin dan kemudian berjalan dari garis start menuju garis finish.
BACA JUGA: Peribahasa Madura: Adigâng Adigung Adiguna
Yang membuat Jhârân Sèrèk unik adalah cara berjalan kuda yang disebut “asèrèk” atau “nyèrek”, di mana kuda-kuda tersebut berjalan ke samping kanan dan kiri.
Perlombaan ini tidak hanya menekankan kecepatan, tetapi juga keindahan dan keanggunan kuda dalam bergerak. Sang tuan harus bisa mengendalikan kuda agar dapat berjalan dengan cara asèrèk tanpa kehilangan keseimbangan.
Kuda yang dapat berjalan dengan cara yang paling anggun dan menarik biasanya akan mendapatkan nilai tertinggi.
Jhârân Sèrèk sering diadakan dalam berbagai acara adat dan upacara penting di Sumenep. Selain sebagai bentuk hiburan, pertunjukan ini juga menjadi sarana untuk menunjukkan keterampilan dalam mengendalikan dan merawat kuda.
Penonton akan terpukau dengan keindahan kostum yang dikenakan kuda-kuda serta cara mereka bergerak yang unik dan anggun. Dengan demikian, Jhârân Sèrèk tidak hanya menjadi perlombaan, tetapi juga sebuah pertunjukan seni yang memukau.
3. Jhârân Kènca’
Jhârân Kènca’ adalah seni tradisional memainkan kuda yang biasanya digelar saat acara mantenan atau pernikahan.
Dalam tradisi ini, pengantin pria menaiki kuda yang terlatih untuk menari (akènca’) hingga sampai di depan rumah pengantin wanita.
BACA JUGA: Prinsip, Tatakrama dan Cara Orang Madura Mengumpat Saat Marah
Kuda yang digunakan dalam Jhârân Kènca’ memiliki kemampuan untuk menari mengikuti irama saronèn, musik tradisional khas Madura.
Perjalanan pengantin pria dengan kuda yang menari ini merupakan simbol kebahagiaan dan kemeriahan dalam acara pernikahan.
Kuda yang menari mengikuti irama saronèn menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan.
Selain itu, keindahan gerakan kuda dan keanggunan pengantin pria yang menunggangi kuda menambah nilai estetika dalam acara tersebut.
Jhârân Kènca’ tidak hanya menjadi hiburan bagi para tamu, tetapi juga merupakan simbol kehormatan bagi kedua mempelai.
Kuda yang terlatih untuk menari menunjukkan betapa pentingnya peran kuda dalam budaya Madura. Tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara pernikahan di Sumenep.
4. Jhârân Tandhâng
Jhârân Tandhâng adalah jenis permainan kuda yang menekankan pada keunikan dan kreativitas dalam gerakan kuda.
Berbeda dengan tiga jenis permainan kuda lainnya, Jhârân Tandhâng tidak melibatkan lomba lari atau berjalan dengan batas yang ditentukan.
BACA JUGA: 5 Contoh Singkat Pembukaan dan Penutup Pidato Bahasa Madura
Dalam permainan ini, sang tuan harus bisa mengendalikan kuda untuk melakukan berbagai macam gerakan unik dan menarik.
Gerakan-gerakan tersebut bisa berupa menari, melenggak-lenggok (kepala ale’-pale’), menyembah (nyembhâ), dan gerakan-gerakan unik lainnya yang disebut akal-pokal.
Semakin unik dan menarik gerakan yang ditampilkan, maka semakin tinggi nilai apresiasi sebagai sebuah pertunjukan.
Jhârân tandhâng seringkali diadakan dalam acara khitanan, hajatan, atau acara besar lainnya di Sumenep.
Pertunjukan ini tidak hanya menampilkan keterampilan sang tuan dalam mengendalikan kuda, tetapi juga kemampuan kuda untuk melakukan berbagai atraksi yang menghibur.
Penonton akan disuguhkan dengan berbagai gerakan yang memukau dan terkadang mengejutkan. Jhârân Tandhâng menjadi sarana bagi masyarakat Sumenep untuk menunjukkan kreativitas dan keahlian mereka dalam seni permainan kuda.
Dengan keunikan dan keragaman gerakan yang ditampilkan, jhârân tandhâng berhasil menciptakan pertunjukan yang menarik dan menghibur.
Empat kesenian tradisional bermain kuda yang diuraikan di atas hingga saat ini terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Sumenep sebagai bagian dari warisan budaya mereka.***
Respon (4)