“Sapi Perah” Itu Bernama Sopir Truk Galian
“Pecat dan penjarakan oknum pemerintah, DPRD, dan aparat penegak hukum. Mereka selalu memeras rakyat dengan meminta setoran/ suap galian C. Selain itu, perjelas dan permudah izin galian C agar aktifitas galian berjalan normal.”
KONTEN PROMOSI | SCROLL ...PASANG BANNER, HUBUNGI KAMI: 082333811209
Paragraf pertama, pembuka catatan sederhana ini, adalah bunyi tuntutan ratusan sopir truk yang sempat terlibat bentrok dengan polisi di pintu gerbang kantor DPRD, Kamis pagi (13/4).
Awalnya, pukul 09.32 WIB, ratusan truk milik penambang sudah memadati dua ruas jalan di depan kantor DPRD. Ada sekitar 200 truk yang datang. Jumlah sopir yang ikut aksi lebih banyak lagi.
Ekspresi wajah mereka kusut. Tampak tidak tenang. Di antara mereka ada yang mulai berteriak, menyulut solidaritas, memastikan semua sopir lain satu tujuan: datang untuk meminta perlindungan dari oknum pemeras yang bergentayangan.
Di depan kantor DPRD, mereka nyaris tidak terkendali. Meskipun ada mobil komando aksi, mereka nekat berteriak dan menunjukkan ekspresi penuh emosi.
Sejak saat itu, saya percaya bahwa mereka datang karena ingin mencari perlindungan yang bisa menenangkan diri. Mereka lelah menjadi sapi perah para oknum yang tidak pernah berhenti hingga hari ini.
Maos Jhughân: Tujuh Puisi Bahasa Madura karya Soemarda Paranggana
Pukul 09.53 WIB, mereka nekat menerobos pintu gerbang kantor DPRD sisi selatan. Mereka tidak menghiraukan anjuran polisi untuk sabar dan tidak memulai kericuhan. Saat itu, saya semakin percaya bahwa mereka sudah muak menjadi sapi perahan.
Singkat cerita, ratusan sopir truk berhasil menduduki halaman kantor DPRD. Mereka sempat membentak, memotong pembicaraan polisi dan anggota dewan. Bahkan di antara mereka ada yang berusaha memprovokasi agar terjadi kericuhan.
Dari sekian aspirasi yang disampaikan, maaf, saya merasa kurang percaya dengan para orator aksi yang pasang badan. Keberpihakan mereka terkesan “musiman”. Dalam setiap agenda galian C, kadang orasi mereka menolak galian, namun kadang mendukungnya. Saya hanya bisa bingung sambil tersenyum sebisanya.
Para orator yang ada, bagi saya, mempertegas bahwa ada banyak agenda dan kepentingan dibalik demo yang dilakukan. Mereka menjadi noda hitam atas aspirasi para sopir truk yang ingin lepas dari pemerasan.
Baca Juga: 27 Indikator Wanita Cantik menurut Orang Madura
Pasca demo ini, tentu sikap dan langkah pemerintah menjadi taruhan. Mulai dari Bupati, DPRD dan kepolisian, mereka semua harus menyampaikan pertanggung jawaban. Dalam tuntutan, jelas, para sopir merasa sudah tidak kuat menghadapi oknum peminta suap atas nama yang bermacam-macam.
Siapapun mereka, baik atas nama “pers”, “keamanan”, “pemerintahan” dan “paguyuban”, harus segera diungkap hingga oknum itu perlu menyesal. Itu harus. Jika tidak, saat para sopir truk kembali beroperasi, hinaan permintaan suap itu akan tetap menyakiti hati.
Selain memberantas oknum, nama baik pemerintah juga terancam dimakzulkan. Terlebih jika pemerintah tidak mampu memberikan kepastian, apakah pekerjaan mereka bisa sesuai aturan atau akan tetap main kucing-kucingan? Jika tetap tidak pasti, hasil keringat mereka akan terus jadi bancakan.
Para sopir truk akan terus jadi incaran. Mereka akan tetap menjadi kelompok paling mudah diperas dan diperalat untuk memuaskan hasrat para begundal. Cara licik ini sangat bermanfaat untuk terus melakukan pengrusakan, memiliki sapi perahan dan berlindung dari jerat hukuman.
NK Gapura,
Ganding, 13 April 2023