King Abdul Rahem, dalam ketiga puisinya ini coba mengeksplorasi tema cinta, kerinduan, dan keagungan Rasulullah dengan gaya yang sederhana namun berhasil menggugah perasaan.
Mari kita coba analisis dari sudut pandang sufistik. Di sini kita akan melihat bagaimana puisi-puisi ini mencerminkan perjalanan spiritual dan pencarian kedekatan sosok hamba Abd. Rahem dengan Tuhan dan Rasul-Nya.
RINDU
Betapa Sakitnya Hatiku Oh Kekasih
Menahan Rindu Berurai PedihSetiap Butir Debu kuhitung sebagai Derai
Sepi Sunyi bagai Bias tak pernah UsaiBetapa tersiksanya Hatiku Oh Kekasih
Memanggil Namamu Dalam gelap
Hati berteriak dan Bibir tak BerucapOh … Gigil Menggigil
Kemarilah Engkau Jibril
Bawakan Segenggam Salam Pesan
Bahwa, tubuh ini ringkih pedih
Tak Kuasa menahan RinduYa Rasulallah
Ya Habiballah
Ya NabiyyullahPantaskan Kami Menjumpaimu
Sumenep, 27 – 10 – 2023
PANGKÈNG
Dalam puisi ini, King Abdul Rahem menggambarkan rasa sakit yang mendalam akibat kerinduan yang tak tertahankan. Rindu dalam konteks sufistik adalah bentuk tertinggi dari cinta, menggambarkan kondisi hati yang terpisah dari Sang Kekasih, yaitu Tuhan atau Rasul-Nya.
Rasa rindu yang digambarkan bukan hanya rindu duniawi, tetapi rindu spiritual yang mengarah pada pencarian cinta ilahi. Permohonan kepada Malaikat Jibril untuk membawa salam pesan adalah simbol dari keinginan akan pencerahan dan kedekatan hamba Abd. Rahem dengan Yang Ilahi.
Ini adalah pengalaman transenden yang menggambarkan perjalanan rohani seseorang dalam mencari kehadiran ilahi.
“
Setiap Butir Debu kuhitung sebagai Derai
Sepi Sunyi bagai Bias tak pernah Usai
“
Menghitung debu sebagai derai mengisyaratkan introspeksi mendalam dan perhatian terhadap hal-hal kecil sebagai manifestasi cinta yang luar biasa. Kesunyian yang dirasakan merupakan cerminan dari kesadaran akan keterpisahan dari Tuhan, sebuah tema umum dalam karya-karya sufi.
“
Ya Rasulallah
Ya Habiballah
Ya Nabiyyullah
“
Seruan kepada Rasulullah menunjukkan kerinduan mendalam untuk bertemu dengan sosok yang sangat dicintai. Dalam konteks sufistik, ini adalah pencarian untuk menyatukan diri dengan sifat-sifat luhur Nabi Muhammad sebagai jalan menuju Tuhan.
SAYANGKU
Tahukah kamu Oh Sayangku?
Ada tiga yang terasa manis di Dunia ini.
Pertama adalah Madu
Kedua Gula
Dan ketiga adalah Senyummu.Eit …
Sumenep, 23 – 11 – 2022
Puisi ini, meskipun pendek, mengandung makna mendalam tentang kebahagiaan yang ditemukan dalam cinta manusiawi yang bisa diartikan sebagai refleksi dari cinta ilahi.
“
Tahukah kamu Oh Sayangku?
Ada tiga yang terasa manis di Dunia ini.
Petama adalah Madu
Kedua Gula
Dan ketiga adalah Senyummu.
“
Mengaitkan kebahagiaan duniawi dengan cinta manusiawi adalah tema umum dalam puisi sufi, di mana cinta kepada makhluk sering dijadikan refleksi cinta kepada Sang Pencipta.
Senyum yang manis adalah metafora untuk kebahagiaan ilahi yang bisa dirasakan di dunia ini melalui cinta yang murni.
SIAPAKAH ENGKAU?
Siapakah engkau sebenarnya Wahai Muhammad
Hingga seluruh hati begitu dahsyatnya merindukanmu.Siapakah engakau sebenarnya Wahai Putera Siti Aminah
Hingga Seluruh penghuni alam ini menyebut NamamuBegitupun Aku Ya Muhammad, jika Tidak karena adamu, Niscaya Tidaklah kenal diri ini kepada Rabb Pencipta Kami
Duhai Allah, Sang Pemilik Seluruh Hati
Sudilah kiranya Engkau Menghadirkan Kekasihmu Muhammad, ke dalam Mimpi Kami.Sekedar memandang kesejukan Wajahnya
Sekedar merasakan Setiap nafasnya.
Sekedar mendengar kemerduan Suaranya saat Menyebut NamaMuYa Rasulallah, Hadirlah dalam Tidur Kami, Sebentar saja, Sebentar saja, Sebentar Saja
Ya Rasulallah …
Sumenep, 24-09-2022
Puisi ini mengekspresikan kekaguman dan cinta yang mendalam terhadap Nabi Muhammad. Abd Rahem mengeksplorasi misteri keberadaan Nabi dan dampaknya yang luar biasa terhadap seluruh alam.
“
Siapakah engkau sebenarnya Wahai Muhammad
Hingga seluruh hati begitu dahsyatnya merindukanmu.
“
Pertanyaan retoris ini menggambarkan kekaguman yang luar biasa terhadap sosok Nabi Muhammad. Dalam tradisi sufistik, Nabi Muhammad sering dipandang sebagai model tertinggi dari kesempurnaan manusia dan sebagai perantara untuk mencapai Tuhan.
“
Begitupun Aku Ya Muhammad, jika Tidak karena adamu, Niscaya Tidaklah kenal diri ini kepada Rabb Pencipta Kami
“
Abd Rahem mengakui bahwa pengenalannya kepada Tuhan adalah melalui Nabi Muhammad, yang dalam sufisme dianggap sebagai sumber cahaya ilahi. Ini menunjukkan pentingnya Nabi sebagai pemandu spiritual dan mediator antara manusia dan Tuhan.
“
Ya Rasulallah, Hadirlah dalam Tidur Kami, Sebentar saja, Sebentar saja, Sebentar Saja
“
Permohonan ini mencerminkan kerinduan yang sangat mendalam untuk mengalami kehadiran ilahi, bahkan jika hanya dalam mimpi.
Dalam sufisme, mimpi sering kali dianggap sebagai medium di mana Tuhan atau Nabi dapat berkomunikasi dengan para pencari spiritual.
King Abdul Rahem melalui puisi-puisinya berhasil menyampaikan kerinduan spiritual yang mendalam dan cinta yang transenden. Dengan menggunakan elemen-elemen sufistik, ia mengeksplorasi hubungan antara manusia dengan Tuhan dan Nabi Muhammad, menyoroti pentingnya cinta dan rindu dalam perjalanan spiritual.
Ketiga puisi King Abdul Rahem ini adalah cermin perjalanan rohaninya, menggambarkan pencarian terus-menerus akan kehadiran ilahi dan kebahagiaan sejati.***
King Abdul Rahem adalah Abd. Rahem. Lahir di Sumenep 05 Mei 1982. Alumni PP. Tarate Pandian Sumenep. Kini sebagai Kontributor MNC Grup (RCTI, MNCTV, GTV, dan iNewsTV). Beberapa karyanya dimuat dibeberapa Media Lokal dan Nasional.
Respon (2)